|

MEMBONGKAR KESESATAN AHMADIYAH

بسم الله الرحمن الرحيم



Qadian, India 15 Februari 1835, lahirlah 2 bayi kembar. Yang satu bernama Barlas (bahasa Persi : gagah berani dan terhormat) dan yang satunya bernama Mirza Ghulam Ahmad. Sejak kecil, Mirza Gulam Ahmad (MGA) tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Ia tergolong “kutu buku”.

Sejak tahun 1804, khususnya ketika “British & Foreign Bible Society” terbentuk, Kristenisasi mulai digencarkan ke seluruh dunia. Jutaan warga India berhasil dikristenkan.


Inti Ajaran Ahmadiyah

Bohong dan bertentangan dengan Islam itulah inti ajaran Ahmadiyah. Karena Nabinya, Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih (Semoga Allah mela’natnya)– adalah seorang pembohong dan pembuat ajaran yang bertentangan dengan Islam.



· Ia, mengaku sebagai mujaddid (pembaharu).

· Kemudian ia mengaku sebagai nabi yang TIDAK MEMBAWA SYARI”AT, menerima wahyu seperti Al Qur’an dan menerapkannya kepada dirinya.

· Setelah itu ia mengikuti cara-cara kebatinan dan zindiq (kufur) dalam ungkapan-ungkapannya. Ia mengikuti cara-cara Baha’I dalam mengaburkan ucapannya.

· Kemudian ia mulai meniru mukjizat penutup para Nabi, Nabi Muhammad saw.

· Lalu menjadikan masjidnya sebagai Masjid Al Aqsha, dan desanya sebagai Makkah Al Masih, ia juga menjadikan Lahore menjadi Madinah, dan menara masjidnya diberi nama menara Al Masih.

· Ia membangun pemakaman yang diberi nama pemakaman Al Jannah, semua yang dimakamkan di sana adalah AHLI SURGA.



Kebohongan Demi Kebohongan Ahmadiyah

Tentang Bohonng membohongi, tipu menipu, Ahmadiyahlah jagonya. Mereka mengatakan penduduknya ada jutaan di dunia. Padahal semua itu BOHONG, Ahmadiyah di dunia ini hanya mempunyai ribuan pengikut, (Sumber: dari iuran anggota Ahmadiyah).
Ayat-Ayat Iblis Ahmadiyah

Di dalam kitab tadzkirah (kitabnya Ahmadiyah yang penuh kebohongan, penuh najis, dan tipu daya), menyebutkan :


“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Tadzkirah ini) dekat kampung Qadian.”

Sungguh bejat pemikiran Mirza –la’natullah alaih-. Ia menggubah ayat pertama dalam surat Al Qadr. Ternyata ada ayat yang lebih serem lagi, saudaraku :


“Hai Mirza Ghulam Ahmad : Namamu sempurna, sedangkan namaKu (Allah) tidak sempurna.” (Tadzkirah hal : 51).

Ayat ini semakin menambah KETIDAKWARASAN MIRZA GHULAM AHMAD yang mendapatkan wahyu dari IBLIS. Ada juga ayat yang tidak kalah seremnya, saudaraku :

“Aku melihat diriku sendiri, di dalam mimpi sebagai matanya Allah, (setelah mimpi tersebut) aku semakin yakin, bahwa aku adalah Dia (Allah).” (Tadzkirah hal : 195)

Sungguh luar biasa biadabnya Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab (si Pendusta)–, dia bukan saja mengaku sebagai nabi dan rasul, tetapi dia juga mengaku sebagai Allah.


“Allah (Tuhanku) telah masuk ke dalam diriku, oleh karena itu maka akulah yang telah menciptakan langit dan bumi.” (Tadzkirah hal : 197)

Sungguh tidak lain Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- adalah sesosok Iblis yang menyerupai manusia. Tidak sampai disitu. Masih banyak ayat-ayat Setannya Mirza. Allah berfirman kepada Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab- :


“Hai Mirza Ghulam Ahmad : engkau adalah Imam yang diberkati, la’nat Allah atas siapa saja yang mengingkarimu, dimana saja didapatkan orang yang mengingkarimu, tangkap dia, ambil dia dan bunuh dia sehebat-hebatnya.” (Tadzkirah hal :748)


Wahai saudaraku, Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- menantang kita (Kaum Muslimin) sebagai orang kafir yang wajib dibunuh kapan saja dan dimana saja.

Belum lagi apa-apa yang dikatakannya dalam kitab Ruhani Khazain. Mirza mengatakan bahwa :

Nabi Isa as seorang pecandu arak, seorang pendusta, bahkan dikatakan lagi beliau (Nabi Isa as) tidak memiliki mukjizat, lebih bejatnya lagi Mirza –la’natullah alaih- mengatakan bahwa Nabi Isa as keturunan pezina.


Bayangkan wahai saudaraku, Nabi Isa –alaihi solatu wa salam- yang kita cintai, yang kita muliakan, yang kita imani, dihina dengan kata-kata yang keji. Bagaimana perasaan anda, saudara? Jika kita yang mengaku Muslim merasakan nikmatnya menjalankan perintah agama dengan benar, cinta kepada Islam, taat kepada Islam, pasti akan meresa SAKIT HATI apabila agama kita diobok-obok. Berbeda sebaliknya, apabila kita shalat saja jarang, tidak mengikuti ajaran agama, apalagi di dalam hatinya tidak ada rasa cintanya kepada Islam dan kaum Muslimin, maka TIDAK AKAN MERASAKAN SAKIT HATI apabila agama dihujat orang. Bahkan mereka juga akan ikut-ikutan menghujat Islam dengan kata-kata sindiran. Orang yang seperti itu derajatnya lebih rendah daripada anjing hutan, wahai saudara.

Dengan adanya ayat-ayat di atas, bisa kita simpulkan bahwa Ahmadiyah BUKAN ISLAM, KAFIR, MURTAD, SESAT, dan KEPARAT.


Barangsiapa yang membela Ahmadiyah (baik itu Muslim maupun Kafir) berarti ia sama keparatnya dengan Ahmadiyah, sama sesatnya, sama sintingnya, bahkan sama Iblisnya, wahai saudaraku!!!



Love Affair Mirza

Sebuah kisah 1001 malam mungkin membuat kita sedikit relax daripada harus menceritakan terus-menerus watak kebrengsekan dan kebejatan Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab- dan antek-anteknya. Sebuah kisah asmara dimana Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- menjadi tokoh Majnunnya (dari kisah Laila dan Majnun), yang telah banyak diketahui masyarakat India pada ummnya dan Ahmadiyah pada khususnya.

Syaikh Abu Bakar Najjar, salah seorang penulis India yang cukup masyhur menceritakan kisah nyata seribu satu malam ini dengan judul: “Tahukah Tuan tentang Mirza Ghulam Ahmad yang Jatuh Cinta?” (Do You Know about Mirza Inlove?”) Islamic Publication Bureau Athlone Cape South Africa series no. 5 (terjemahan bebas).

Ketika itu umur Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- mencapai 50 tahun lebih (sungguh umur yang mendekati kematian). Keadaannya kian hari kian bertambah lemah dan peot, disebabkan banyaknya penyakit-penyakit yang dating menyerang (adzab ketika di Dunia khusus untuknya). Ia juga mendapat serangan penyakit pada matanya.

Akan tetapi, tidak disangka-sangka pada suatu ketika sorot mata Mirza menyala lagi (Seperti Iblis yang terjerat nafsu). Apa gerangan yang menyebabkan mata sakit itu bersinar kembali. Ah, seorang dara ayu bernama Muhammadi Begum telah tertangkap oleh pandangan mata Iblisnya Mirza. Dara itu adalah putri dari paman ibunya, Mirza Ahmad Beg. Maka sudah menjadi suratan takdir bahwa pandangan pertama Mirza menjadi titik mula terbakarnya sang api cinta dalam kalbunya. Dan mujurlah kiranya, sebab ketika Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- jatuh cinta, ia telah menjadi “RASUL” akhir zaman, sehingga baginya harapan untuk mempersunting sang dara tidak akan menemukan kesulitan dan rintangan.

Namun, sayang sekali bahwa apa yang telah terjadi adalah sebaliknya. Ayah sang dara itu tidak tertarik pada kerasulan Mirza. Lebih-lebih lagi pinangan terhadap anaknya, ia tidak sudi mengorbankan anaknya untuk memenuhi hasrat nafsu Mirza yang sudah bau tanah lagi sakit-sakitan itu. Apalagi reaksi sang dara, ia menolak mentah-mentah pinangan nabi Ahmadiyah itu.

Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab- tidak menduga sama sekali, bahwa ia telah menerima jawaban yang mengecewakan dan menyakitkan hatinya itu. Karena itu, ia segera mengumumkan tentang wahyu yang baru saja ia terima dari Tuhannya (Iblisnya) itu. Ia berkata : “Tuhan telah mempertunangkan aku dengan dara ayu itu secara ghaib (spiritual). Dan bagi keluarga dara Muhammadi Begum, Tuhan akan memberi berkah bila nantinya mereka menyetujui pertunangan itu secara resmi.”

Mirza juga tidak ketinggalan memberi satu peringatan keras, yaitu jika mereka menolak lamarannya itu atau mengawinkan anaknya itu dengan laki-laki lain, maka suami yang bukan Mirza itu akan mati dalam waktu dua setengah tahun kemudian dan ayah sang dara akan mati dalam waktu tiga tahun setelah perkawinan itu.

Begitulah Mirza mengumumkan wahyu-wahyu gombalnya itu melalui risalahnya serta ia bagi-bagikan kepada khalayak ramai. Hal ini pernah ditulis dalam kitabnya “Ainae Kemalati Islam” hal 552. Juga tertulis dalam kitab Ahmadiyah “Facts About Ahmadiyyah Movement” halaman 34.

Dalam kitabnya yang lain “Izalatil Auham” halaman 369, Mirza –la’natullah alaih- mengumumkan, bahwa Tuhan telah berfirman kepadanya, “Bahwa putri Ahmad Beg akan menjadi salah seorang istrimu, tetapi keluarganya akan menentangmu dan akan berusaha agar perkawinanmu itu tidak terlaksana. Akan tetapi jangan khawatir karena Allah akan memenuhi janji-Nya dan menyerahkan putrid itu kepadamu, dan tidak seorang pun yang sanggup menghalangi apa yang telah dikehendaki Allah.”

Sungguhpun demikian, orang tua gadis itu sama sekali tidak terpengaruh oleh wahyu nabi jalanan itu, dan dengan tegas ditolak lamaran Mirza.

Tatkala Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab- mendengar lamarannya ditolak, maka hatinya menjadi hancur dan gelisah kemudian segera ia umumkan wahyunya yang baru saja ia terima dari Iblistersebut dalam kitab Asmani Risalat halaman 40, yang isinya antara lain:

“Aku Allah telah menikahkan gadis itu padamu, hai Mirza! Tak ada perubahan atas kata-kataKu dan bila mereka melihat kekuasaanKu terjelma, mereka akan berpaling dan berkata bahwa itu adalah sihir semata.”

Juga dalam kitabnya yang lain yaitu Tukhfah Baqdad halaman 28, Mirza berkata bahwa Tuhannya telah menyampaikan wahyu padanya, antara lain:

“Bergembiralah eangkau hai Mirza, bahwa Aku menikahkan engkau dan Aku telah kawinkan gadis itu dengan engkau.”

Sekali lagi, wahyu-wahyu setan Mirza tersebut TIDAK COCOK dengan kejadian yang sebenarnya. Apa yang terjadi kemudian telah membawa kehidupannya menjadi semakin susah karena sakit hati cintanya tak terbalas. Hidupnya pun berangsur-angsur turun serta meredup. Akhirnya ia menjadi buah tertawaan orangbanyak, karena wahyu-wahyunya selalu meleset .

Dengan sisa kekuatan yang ada Mirza yang sudah belepotan malu itu harus membalas olok-olokan orang-orang itu serta berusahamenutupi kelemahannya. Dalam risalahnya tertanggal 10 Juli 1888 M, ia membalas olok-olokan mereka itu dengan kata-kata:

“Mereka tidak percaya tanda-tandaku lalu mengejeku. Tetapi Allah akan menjadikan hidupku jaya dan mengembalikan ejekan itukepada diri mereka sendiri. Inilah wahyu dan inilah kehendak Allah dan Dia tidak mengubah kehendak-Nya. Dia berbuat sesuka-Nya. Sesungguhnya hai Mirza, Aku beserta engkau dan engkau dengan Aku, kelak Tuhanmu akan mengangkat dirimu pada kedudukan yang terpuji.” ( maksud dari “yang terpuji” di sini adalah bahwa perkawinannay dengan gadis itu akan terklaksana).

Kita kembali ke kisah percintaan si Majnun ini. Dan bagaimana dengan Mirza? Hatinya makin remuk lebih-lebihsetelah didengarnya kabar bahwa keluarga gadis itu memutuskan untuk mengawinkan putrinya dengan seorang pemuda tampan dan gagah (sungguh berbeda dengan Mirza yang sudah bau tanah lagi sakit jiwanya) yang bernama Sultan Muhammad. Mirza sangat sedih dan hancur. Ia menangis dan menangis. Akhirnya, ia menulis surat kepada keluarga gadis itu (yang tak lain adalah paman dan bibinya sendiri). Mula-mula ia memberi peringatan, tetapi pada akhirnya, ia pun memelas memohon dengan sangat karena tak tahan lagi hidup tanpa gadis itu. Ia sudah dilanda kemusyrikan yang amat besar karena menaruh cinta yang begitu dalam kepada seseorang gadis melebihi cintanya pada Tuhannya. Na’udzubillahi min dzalik.

Permohonannya tidak mendapat jawaban. Bahkan diantara mereka yang menolak adalah keluarganya sendiri, ialah anak istri dari Fazl Ahmad. Akibatnya Mirza kena pukul lebih hebat lagi. Lalu ia memerintahkan anaknya untuk menceraikan istrinya. Maka, terjadilah perceraian itu. (Sungguh seorang ayah yang BEJAT).

Putranya yang lain juga tidak suka dengan cara ayahnya itu, lalu Mirza pun menghardiknya dari lingkungannya bahkan ia tidak diberi hak waris. Peristiwa ini tersebut dalam kitab Saeratul Mahdi halaman 22.

Bahkan suatu peristiwa yang mengejutkan Mirza telah terjadi. Pada tanggal 7 April 1892 M, ketika pengikut-pengikutnya Mirza yang yang bodoh itu sedang asyik berdo’a dalam Masjid agar perkawinan itu batal, di luar mesjid terjadilah keramaian dimana pernikahan dara ayu Muhammadi Begum dengan Sultan Muhammad, tengah dilangsungkan.

Mirza pun terpukul sangat dahsyat. Suatu pukulan yang menghantam hati dan prestigenya. Ia patah hati, putus harapan. Dalam harian Al-Hakam vol. 5 no. 29 tertanggal 1 Agustus 1901, ia menulis:


“Sesungguhnya gadis ini belum menjadi istriku, namun demikian jangan kira aku tidak akan mengawininya, sebagaimana aku telah katakana sebelumnya. Dan barangsiapa yang mencemo’oh aku, maka akan mendapat malu. Karena gadis ini masih hidup maka ia akan menemui aku dalam suatu perkawinan yang akan dating. Ini bukan hanya harapan melainkan suatu keharusan, karena Allah telah menyampaikan kepada ku tentang ini dan Allah tidak mengubah kehendak-Nya.”

Sungguh nekat memang. Ia menanti-nanti harapannya itu, namaun tak kunjung datang. Sedang ia telah terlanjur mengumumkan wahyu-wahyunya Ia pun menjadi seorang yang pencemburu berat.

Dua setengah tahun berlalu, dua sejoli itu pun masih hidup sehat wal afiat dan hidup bahagia. Ketika perang dunia pertama pecah, suami Begum ikut dalam peperangan, ia mendapat luka-lukatetapi kemudian sembuh kembali. Dan hidup rukun bersama istrinya bertahun-tahun dalam hidup damai dan bahagia.

Pada tahun 1908, jauh sebelum perang dunia pertama itu pecah, Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- itu pun mati akibat penyakit koleranya yang menjijikan itu yang ia derita. Suatu hal yang aneh memang, bagi orang-orang yang mengetahui kisah si nabi kolera ini, ialah para pengikutnya yang super tolol itu masih saja ingin membela dan mengikuti nabi yang sial ini, Untuk menutupi rasa malu akibat kegagalan Mirza memikat sang dara Begum. Pembelaan demi pembelaan mereka tujukan kepada duniadi luar Ahmadiyah, yaitu bahwa apa yang diramalkan nabi kolera ini mengandung makna yang lain daripada yang dikatakan.

Memang sungguh tragis dan dramatis, selalu ada saja jalan untuk menutupi kesesatan.



Antek-Antek Penjajah Inggris

“Kiamat tidak akan tiba sebelum para Dajjal pendusta dibangkitkan yang jumlahnya hamper tiga puluh orang. Setiap mereka mengaku bahwa dirinya adalah rasul (utusan Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mirza Ghulam Ahmad –Al Kadzdzab- selain mengaku nabi, disamping dusta, dia menulis buku selebaran yang isinya Ahmadiyah siap mengorbankan harta dan nyawa mereka untuk penjajahan Inggris di India (Mereka mendukung penjajah) dan Mirza -la’natullah alaih- menghapus jihad sampai membuat kitab sebanyak 50 lemari untuk menghapus jalan juang Islam dan kaum Muslimin (Jihad). Jika orang tidak ada yang berjihad, kan penjajah bisa menguasai India tanpa perlawanan. Karena para penjajah takut dengan jihad maka, dihapuslah hukum itu.

Karena dianggap membawa manfaat untuk kolonialism (penjajah) maka, Amadiayah pun dibawa oleh Belanda ke tanah jajahannya yaitu Indonesia pada tahun 1926, untuk mencuci otak orang-orang Indonesia.


Jadi, dari kesimpulan di atas, saya menyimpulkan bahwa Ahmadiyah BUKAN pejuang TETAPI antek, juga BUKAN pahlawan TETAPI pengkhianat.



Ahmadiyah Lahore

Ahmadiyah ada 2 jenis:

1. Ahmadiyah Qadian (menganggap Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- sebagai nabi, rasul, Imam Mahdi, Nabi Isa as, Siti Maryam, bahkan dia mengaku-ngaku sebagai Allah). Disebut-sebut sebagai Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)

2. Ahmadiyah Lahore (menganggap Mirza Ghulam Ahmad –la’natullah alaih- sebagai mujaddid/pembaharu). Disebut-sebut sebagai Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI).


Kedua-duanya sama-sama sesat dan WAJIB dibubarkan oleh pemerintah. Kalau GAI menganggap Mirza hanya sebagai mujaddid (Imam), apakah orang yang telah miring otaknya, mengutak-atik Al Qur’an, Syahadat, Rukun Iman, juga Rukun Islam itu pantas disebut mujaddid???


Mengaku sebagai Maryam

Mirza Gulam Ahmad –Al Kadzdzab- berkata:

“Firman Tuhan yang telah kubentangkan pada beberapa tempat dalam bukuku Brahin Ahmadiyah menjelaskan bagaimana Tuhan Maha Kuasa menjadikanku sebagai Isa bin Maryam. Dalam buku ini mula-mula Tuhan menamaiku Maryam dan kemudian menyingkap bahwa Tuhan telah menembuskan ruh-Nya ke dalam Maryam ini dan bersabda bahwa sesudah penghembusan ruh ini keadaanku sebagai Maryam berubah menjadi keadaanku sebagai Isa, dan dengan demikian Isa yang lahir dari Maryam dinamai anak Maryam. (Haqiqatul wahyi, h. 72, Catatan Kaki, seperti dikutip

Majalah Ahmadiyah, Sinar Islam, 1 November 1985, h 11).
“Apakah mungkin Mirza yang berkelamin laki-laki menjadi Maryam yang berkelamin perempuan, lalu berubah lagi menjadi Isa yang berkelamin laki-laki. Jangan-jangan Mirza Ghulam Ahmad seorang waria lagi!!! Apakah ada nabi darai bangsa waria???

“(ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (QS Ali Imran : 45)

Maksud dari ayat diatas sangat jelas, Maryam yang dimaksud adalah Siti Maryam wanita yang suci. Bukan Mirza Ghulam Ahmad yang jadi-jadian.

“jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.” (QS At Tahrim : 5)

Ibnu Katsir juga menjelaskan tentang ayat ini, yang berhubungan dengan hadist : “bahwa Maryam Asiyah (Istri Fir’aun) kelak termasuk istri-istri Nabi Muhammad saw di surga.” Sebagaimana firman Allah ta’ala : “yang janda dan yang perawan”




Jadi jelaslah wahai saudaraku, mari kita bersatu untuk BUBARKAN AHMADIYAH !!!

Wassalamu ala manitaba’al huda (Keselamatan atas siapa yang mengikuti petunjuk).

Posted by Knights Of Masjid on 11:45 AM. Filed under , , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "MEMBONGKAR KESESATAN AHMADIYAH"

Leave a reply