|

2 Jenis Ulama



Dari ceramah Syekh Umar Bakri Muhammad [April 2008] (http://www.izharudeen.com/2-types-of-scholers.html)

Para ulama yang dalam hadits, disebutkan sebagai "wa rasatul anbiyya" (pewaris para nabi), dan itu merupakan suatu posisi dan status yang mulia bagi seseorang untuk menyampaikan apa yang dibawa para nabi.

Ada dua jenis ulama:

1) Waratun nubuwwah: orang-orang yang mewarisi kenabian dari Alloh dengan mereka mempertahankan agama dan umat ini.

2) Mereka yang mengikuti jalan para imam dan rabi. Mereka menyebabkan kerusakan di dalam agama dan memperjual belikannya dengan harga yang sedikit.

Itulah sebabnya para ulama salaf berfungsi untuk memperingatkan orang-orang dari kategori kedua dan mereka yang berdiri di luar gerbang para penguasa / pemimpin negeri.

Abdullah bin Mas’ud, Sufyan Ats-Tsauri dan Hudzaifah bin Yamaan berkata, "Berhati-hatilah dari mereka para Ulama yang berdiri di depan gerbang penguasa."

Lainnya mengatakan yang terkenal di kalangan salaf adalah, "Jika kamu melihat seorang Ulama di gerbang penguasa waspadailah dan simpanlah agamamu darinya." Dan, "Mereka tidak mengambil bagian apapun dari dunia kecuali mereka membayar untuk itu dua kali dari perbuatan mereka sendiri
(Diambil dari Kitabul Niyhatul Irad, oleh Al-Imam Abshihi dan Kitabul Al-aqd Al-Fareed).

Mengapa demikian? Karena mengkompromikan agama. (pent: Apakah pantas Agama dikompromikan ?)

Mengapa penguasa memberikan uang kepada para ulama:

a) untuk mendapatkan pujian
b) untuk mendapatkan kebisuannya

Dari sudut bahwa pewaris para nabi seperti Abu Hanifah, Imam Nawawi, Imam Syafi’i, Imam Malik dll mereka adalah Ulama, mereka adalah orang yang Alloh telah patenkan dengan perbuatan mereka. Dan ada jenis lain dari Alim yang turun di jalan para imam dan rabi dan mulai menghemat uang dan memegang emas dan perak.

Dan Alloh menggambarkan kepada manusia dengan firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Alloh. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Alloh, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (At-Taubah : 34)

Imam Ahmad mengatakan, "Orang yang mulai mengikuti mangsanya, ia akan kehilangan banyak waktu yang baik dan orang yang tinggal di desa dia akan menjadi orang yang mengabaikan tugas-tugasnya dan orang yang pergi ke penguasa ia akan terfitnah . "

Imam Ahmad juga mengatakan, "Orang yang mendatangi penguasa ia akan menjadi lebih jauh dari Alloh."

Demi Alloh, jika Ulama itu baik maka singa dan harimau akan takut kepadanya.

Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
jika Ulama itu Rabbani (takut kepada Alloh) maka ia akan dihormati dan tidak akan ada Fir’aun dan mereka akan takut. Jika ia adalah Ulama yang rusak maka orang-orang dari langit dan bumi akan membencinya.

Imam Al-Auza’i berkata, "Kuburan mengeluh kepada Alloh dari bau busuk dari tubuh orang-orang kafir dan bahwa kuburan tidak dapat tahan lagi, Alloh menurunkan ke kubur dan berkata," perut para ulama lebih buruk dari bau itu. ""

Imam Al-Auza’I adalah imam besar dan Alim dan ia mengutip hadits Muhammad (semoga Alloh memberikan salam kepadanya), “Akan didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka dan terburailah isi perutnya di neraka sebagaimana seekor keledai yang berputar mengelilingi penggilingan. Maka berkumpullah para penduduk neraka di sekitarnya. Mereka bertanya, “Wahai fulan, apa yang terjadi padamu, bukankah dahulu kamu memerintahkan yang ma’ruf kepada kami dan melarang kami dari kemungkaran?”. Lelaki itu menjawab, “Dahulu aku memerintahkan kalian mengerjakan yang ma’ruf sedangkan aku tidak melakukannya. Dan aku melarang kalian dari kemungkaran namun aku justru melakukannya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ghundar dari Syu’bah dari al-A’masy (HR. Bukhari [3027] , disebutkan pula oleh Bukhari dalam Kitab al-Fitan [6569] as-Syamilah).

Allah berfirman, Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. “ (Al-A’raf : 175)
Itu adalah contoh dari . Perumpamaan orang-orang yang kafir kepada Alloh.

Maka Alloh mengatakan bahwa apakah dia tenang atau tidak maka hakikatnya dia selalu terengah-engah.

Orang-orang Alim jika mereka tetap kikir dan tidak menyampaikan atas ilmunya yang akan melindungi mereka, maka tidak akan ada yang akan melindungi mereka.

Jika mereka mencari Ilmu, hal tersebut dapat mengangkat Ilmu mereka dan jika mereka mengabaikan Ilmu maka Ilmu itu akan menghina mereka.

Imam Ahmad akan selalu menolak hadiah yang dikirim kepadanya dan berkata, "Saya tidak ingin ada bantuan yang diberikan kepada saya (dalam kasus ini digunakan terhadap saya)."

Imam Ahmad mengirimkan anaknya sendiri untuk membeli roti dan ketika orang yang memiliki toko itu bertanya siapa dia, maka dia berkata, "Aku ini anak dari Imam Ahmad." Pemilik took itu pun bukannya menaruh sepotong roti yang dibeli anaknya, malah mengisi piringnya dengan emas dan perak. Sesampainya di rumah, Imam Ahmad membukanya lalu menemukan emas dan perak di dalam piring dan menyuruh anaknya untuk kembali dan berkata kepada pemilik toko, "Ayahku tidak mengambil hadiah dari orang-orang karena ia tidak merasa ia berhak untuk itu."

Dia tidak pernah ingin menerima hadiah karena ia takut orang-orang akan berfikiran, ia menerima suap dari suatu fatwa tertentu karena hadiah yang ia terima.

Imam Ahmad mengatakan, "Apakah sifat zuhudnya (tidak ingin untuk mencapai sesuatu) di dunia dan Alloh akan mencintai Anda dan memiliki sifat zuhudnya orang-orang tentang apa pun yang ada di tangan mereka sendiri dan orang-orang akan mencintai Anda."

Pada saat Khalifah Ma’mun Al-Rashid mempercayai bahwa Al Qur'an adalah makhluk dan ia memanggil Imam Ahmad dan mengetahui bahwa Imam Ahmad mengecam siapapun yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk dan Khalifah mengatakan ia akan dihukum kalau dia tidak empercayaianya dan kemudian dia (Ma’mun) meninggal dan Khalifah Mu'tasim datang menggatinkannya.

Al-Mu’tasim sebagai khalifah baru memanggil kembali Imam Ahmad, dan mengajukan pertanyaan yang sama tentang penciptaan Qur’an. Karena masih tetap keras menolak tentang kepercayaan Qur’an adalah Makhluk, ia dicambuk habis-habisan, dan dijebloskan kedalam penjara. bahkan Imam Ahmad disiksa karena ia percaya Al Qur'an bukanlah makhluk.

Imam Ahmad menghabiskan 18 bulan di penjara karena sikapnya.



*Mempercayai Qur’an adalah makhluk itu merupakan perkara yang sesat, dan para Ulama Salaf menolak itu.

Posted by Knights Of Masjid on 1:20 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "2 Jenis Ulama"

Leave a reply

Recently Commented

Recently Added