Catatan Dari Penjara Seri 14 : Dinul Islam Wajib Diamalkan Secara Berjamaah Dengan Kekuasaan Politik Yang Sistemnya Khilafah
بسم الله الرحمن الرحيم
Dinul Islam Wajib Diamalkan Secara Berjamaah Dengan Kekuasaan Politik Yang Sistemnya Khilafah
Catatan dari penjara seri 14 redaksi menampilkan tulisan ustad Abu Bakar Ba’asyir yang menguraikan tentang bagaimana dinul islam wajib diamalkan secara berjamaah dengan kekuasaan politik yang sistemnya Khilafah khususnya tentang bagaimana bahayanya berada dalam negara sekuler dan cara mendakwahkan dan menegakkan dinul Islam.
Selamat Menyimak (from : saveabb.com/red)
Catatan dari penjara seri 14 redaksi menampilkan tulisan ustad Abu Bakar Ba’asyir yang menguraikan tentang bagaimana dinul islam wajib diamalkan secara berjamaah dengan kekuasaan politik yang sistemnya Khilafah khususnya tentang bagaimana bahayanya berada dalam negara sekuler dan cara mendakwahkan dan menegakkan dinul Islam.
Selamat Menyimak (from : saveabb.com/red)
NEGARA SEKULER ADALAH FITNAH YANG SANGAT BERBAHAYA DAN HARAM HUKUMNYA
Negara Sekuler adalah bentuk negara di luar khilafah yang direkayasa oleh kaum Kafir Zionis Yahudi untuk mengotori Akidah dan hati Umat Islam dan untuk menghancurkan Syariat Islam dari sumber kebangkitannya, yakni Al Quran dan Sunnah.
Dengan sistem pemerintahan Sekuler yang terkutuk ini musuh-musuh Allah berusaha menjauhkan Umat Islam sedikit demi sedikit dari Al Quran dan Sunnah dan menghancurkan Akidah dan Syariah serta memporak-porandakannya sehingga akhirnya dapat dihancurkan sama sekali, inilah peranan negara Sekuler.
Untuk lebih jelasnya disini saya kutipkan keterangan seorang Ulama dan Ilmuwan Muslim Kontemporer DR. Safar Al-Hawali dalam kitab beliau yang berjudul: ILMANIYAH beliau menerangkan sebagai berikut pada halaman 697, “Diantara Syubhatnya adalah susahnya sebagian orang untuk mengatakan Kafir atau Jahiliah terhadap apa yang Allah nyatakan Kafir dan Jahilliah seperti sistem-sistem keadaan-keadaan dan personal-personal dengan alasan bahwa sistem-sistem ini (terutama Sekuler Demokrasi) tidak mengingkari keberadaan Allah, tidak menghalangi untuk melaksanakan beberapa Syiar-Syiar peribadahan (seperti shalat, puasa, zakat, haji, nikah dan lain-lain), sebagian personal sistem-sistem tersebut mengucapkan Syahadat, melaksanakan shalat, puasa, haji dan sedekah serta menghormati orang yang taat beragama dan yayasan keagamaan ... bagaimana kita bisa mengatakan bahwa Sekulerisme adalah sistem Jahiliyah dan orang-orang yang mempercayainya adalah orang yang jahiliah?
Dan sangat jelas sekali bahwa orang yang terjerumus kedalam Syubhat ini (yang berkeyakinan bahwa Sekulerisme dan Demokrasi bukan Jahiliah) tidak mengetahui makna Laa Ilaha Ilallah dan juga tidak mengakui hakekat Islam dan hal ini jika Husnu dzon (berbaik sangka) terhadap mereka. Padahal hal semacam ini tidak boleh terjadi pada kebanyakan orang intelek yang beralasan dengan alasan semacam ini. (Dan beliau juga mengatakan pada halaman 692 dan 693): “Dan kita layak untuk memperhatikan sejenak terhadap perkataan Syhaikul Islam bahwa murtad dari syariat agama adalah lebih besar dari keluarnya orang Kafir asli darinya.
Kemudian kita katakan bahwa para pembuat rencana dari kalangan Yahudi Salibis sebagaimana dalam wasiat Zuimar yang telah lalu, pembuat rencana tersebut telah putus asa untuk mengeluarkan umat Islam dari pokok agama mereka ke aliran-aliran Atheis dan Materialist. Maka mereka mengandalkan – setelah berfikir dan merenung – cara yang lebih kotor dan bahaya yaitu mereka membuat pemerintahan-pemerintahan yang menjalankan hukum dengan selain hukum Allah, dan dalam waktu yang bersamaan pemerintahan itu mengaku Islam dan menampakkan penghormatannya terhadap akidah. Maka merekapun membunuh indera rakyat mereka rebut Wala’ nya (kesetiaannya kepada Allah ) dan mereka kotori hatinya.
Kemudian mereka menghancurkan Syariat-Syariat Allah dari sumber kebangkitannya. Oleh karena itu mereka tidak berani mengatakan dengan tegas bahwa para pemerintah itu orang-orang Atheis atau Sekuler ketika mereka menyatakan dan berbangga mengatakan bahwa mereka itu orang-orang Demokrat misalnya. (Dikutip dari kitab Al Ilmaniyah terbitan Umul Quro’ 1402 H).
Demikianlah keterangan DR. Syheik Safar Hawali yang pada pokoknya menjelaskan bahwa pemerintahan Sekuler adalah rekayasa musuh Allah, Zionis Salibis, dalam rangka menghancurkan Akidah dan Syariah kaum Muslimin dengan cara halus dan pura-pura menghormati kemerdekaan agama seperti umpamanya dengan mendirikan Departemen Agama dalam pemerintahan dan memberi kesempatan untuk mengamalkan ibadah mahdhoh (ritual) dan mengadakan upacara-upacara peringatan apa yang mereka sebut hari-hari besar Islam seperti Maulud Nabi, Isra Mi’raj, Nuzulul Qur’an, Tahun Baru Hijriah dan lain-lain untuk menggambar seolah-olah pemerintah Sekuler itu menghormati dan memberi kebebasan Syariat Islam padahal hakekat yang sebenarnya itu merupakan bius yang tidak dirasakan oleh Umat Islam sehingga secara sedikit demi sedikit hancurlah Akidah dan Syariat Dien mereka.
Maka sekali lagi kita wajib waspada dan kita wajib yakin bahwa satu-satunya sistem negara yang dapat menyelamatkan Islam dan Umat Islam hanyalah sistem Khilafah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan diikuti oleh para sahabatnya terutama Khulafa Urrosyidin. Maka dengan demikian kita wajib menentukan sikap bahwa persoalan bentuk pemerintahan dan negara bagi kita Umat Islam, hanyalah Khilafah tidak ada tawar menawar lagi. Apabila kita, Umat Islam, menolak memperjuangkan berdirinya kembali Khilafah dan masih mau menerima bertoleransi dengan ajaran kafir Demokrasi dan bentuk negara Kafir Sekuler maka lonceng kematian Islam dan Umat Islam akan segera berbunyi, Na’uzu bilah mindzalik.
Kesimpulan:
1.Dinul Islam wajib diamalkan secara berjamaah yakni berkhilafah bukan diamalkan dengan sistem negara demokrasi dan kebangsaan, dan bukan pula diamalkan secara perorangan atau golongan.
2. Bila Khilafah tidak diperjuangkan wujudnya oleh umat Islam maka akibatnya :
a. Syariat dan hukum Islam tidak mungkin dapat diamalkan secara Kaaffah akibatnya umat Islam akan hidup di dalam kehinaan dan kelemahan.
b. Aqidah, Syariat dan hukum Islam tidak akan dapat diamalkan secara bersih akibatnya ibadah dan mu’amalah umat Islam bercampur baur dengan kebathilan.
c. Syariat dan hukum Islam akan terkikis satu persatu sampai habis.
d. Berjuang untuk mewujudkan Daulah Islamiyah / Khilafah hukumnya wajib.
e. Orang Islam apalagi orang Kafir yang menghalangi perjuangan untuk mewujudkan Daulah Islamiyah / Khilafah boleh diperangi karena dengan sikapnya itu berarti ia menghalangi tegaknya Dinul Islam.
CARA MENDAKWAHKAN DAN MENEGAKKAN DINUL ISLAM
Mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam adalah diwajibkan atas umat Islam. Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya agar mendakwahkan Dinul Islam dan selanjutnya menegakkannya dengan cara Dakwah dan Jihad. Adapun perintah berdakwah / bertabligh dapat kita jumpai dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah lalu berilah peringatan” (Al Muddatsir : 1 dan 2)
Firman-Nya lagi:
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat, rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu yaitu orang-orang yang berIman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah; ‘Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan’. (Asy Syu’araa : 214, 215, 216)
Dan firman Nya lagi:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan Nya dan Dia lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (An Nahl : 125)
Dan firman-Nya lagi:
“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunujuk kepada orang-orang yang kafir”. (Al Maa-idah : 67)
Firman-Nya lagi:
“Maka sampaikanlah secara terang-terangan olehmu segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (Al Hijr : 94)
Itulah beberapa ayat Al Quran yang memerintahkan umat Islam agar mendakwahkan dan menyebarluaskan Dinul Islam di kalangan umat manusia.
Adapun perintah untuk menegakkan Dinul Islam dan perintah berjihad untuk kepentingan menegakkannya adalah sebagai berikut:
Firman Allah SWT:
“.....Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya ...” (As Syuuraa : 13)
Dan firman-Nya lagi:
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti dari kekafiran, maka sesunguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan” (An Anfaal : 39)
Dan firman-Nya lagi:
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah) yaitu orang-orang yang diberikan alkitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” (At Taubah : 29)
Dan firman-Nya lagi:
“Hai nabi perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka jahanam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali” (At Tahriim : 9)
Dan firman-Nya lagi:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (Al Baqaraah : 216)
1. Perbedaan antara Mendakwahkan Islam (untuk menyebarluaskannya) dan Menegakkan Islam
Tersebarnya Dinul Islam artinya ialah tersebar luasnya dimana-mana tempat tetapi hanya diamalkan secara perorangan atau berkelompok-kelompok tidak terpimpin oleh suatu kuasa Daulah Islamiyah / Khilafah hingga Syariatnya tidak dapat diamalkan secara Khaffah dan bersih sebab musuh-musuh Islam masih merdeka untuk menggangunya. Dinul Islam dapat tersebar dengan usaha dakwah / tabligh, pendidikan dan usaha-usaha sosial.
Adapun yang dimaksud dengan tegaknya Dinul Islam ialah adanya kekuasaan Daulah Islamiyah / Khilafah sehingga Syariat Islam dapat diamalkan secara terpimpin rapi secara Khaffah dan bersih. Dinul Islam dapat ditegakkan dengan usaha-usaha dakwah / tabligh, pendidikan, usaha-usaha sosial dan jihad fisabilillah untuk memerangi orang-orang yang menghalangi tegaknya kekuasaan Islam / Khilafah.
Sunnah Nabi SAW menunjukkan bahwa perjuangan disamping harus menyebarluaskan Islam juga harus ditujukan kepada tegaknya Dinul Islam bukan hanya sekedar tersebarnya.
2. Menegakkan Dinul Islam adalah satu-satunya Perjuangan yang Benar dan Mulia
Menegakkan Dinul Islam adalah merupakan satu-satunya perjuangan yang Haq / benar dan mulia di sisi Allah SWT, sebab ia merupakan perjuangan untuk menegakkan Al Haq / kebenaran, keadilan, kebebasan, kemerdekaan, keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat.
Semua bentuk perjuangan selain untuk menegakkan Dinul Islam adalah perjuangan Bathil dan mensia-siakan umur, waktu, tenaga, fikiran dan harta.
Memang tidak di nafikan bahwa semua perjuangan menuntut pengorbanan tetapi semua pengorbanan yang dikeluarkan dan penderitaan yang dirasakan dalam rangka menegakkan Dinul Islam sangat tinggi nilainya di sisi Allah SWT dan tidak hilang sia-sia begitu saja karena Allah SWT akan membalas dengan pahala yang sangat memuaskan dan kebaikan yang belipat ganda apabila perjuangan tersebut diamalkan dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan Sunnah.
Sebaliknya pengorbanan dan penderitaan yang dirasakan dalam rangka perjuangan diluar menegakkan Dinul Islam misalnya pengorbanan untuk memperjuangkan menegakkan faham-faham / ideologi buatan manusia seperti sosialis, komunis, kapitalism, nasionalis, demokrasi dan lain-lain faham sama sekali tidak ada nilainya di sisi Allah SWT, oleh karena itu tidak akan dibalas dengan kebaikan bahkan akan dibalas dengan siksa karena faham-faham ideologi-ideologi itu semua merusak kehidupan umat manusia dan menghalangi tegaknya Dinul Islam serta merusakkannya cepat atau lambat, sebab pencipta semua paham itu adalah orang Kafir yang jelas-jelas mengingkari Nabi Muhammad SAW dan mengingkari Sunnahnya.
Dalam menerangkan perkara ini Allah SWT berfirman:
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula sebagaimana kamu menderitanya sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An Nisaa’ : 104)
Keterangan:
Ayat tersebut diatas menerangkan bahwa pengorbanan dan penderitaan sama-sama akan dirasakan baik oleh pejuang yang menegakkan Dinul Islam maupun orang-orang yang berjuang untuk menentang Dinul Islam dan orang-orang yang berjuang untuk menegakkan faham-faham lain. Tetapi pengorbanan yang ada nilainya di sisi Allah SWT dan dapat diharapkan balasannya dari Allah SWT hanyalah pengorbanan yang di korbankan untuk menegakkan Dinul Islam, sedang yang lain tidak ada harapan untuk itu.
Perjuangan menegakkan Dinul Islam selalu mendapat keuntungan sebab apabila menang di dunia dapat merasakan kehidupan berbahagia dan mulia tenteram penuh berkah karena dengan kemenangan itu tidak ada lagi manusia Kafir dan kaum Sekuler yang berani menghalang dan menentang, sehingga hukum Allah dapat di amalan secara Kaaffah dan bersih.
Tetapi apabila mati terbunuh Insya Allah diterima di sisi Allah SWT dengan kemuliaan dan diberi rezeki oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman:
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikannya kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang menyusul mereka bahwa tidak ada kehawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati” (Ali Imraan : 169, 170)
Bahkan dengan jelas Allah SWT menamakan menang di dunia atau mati dalam rangka menegakkan Dinul Islam dengan nama “Husnayaini” (dua kebaikan) yakni menang di dunia juga baik terbunuh juga baik, karena nilainya mati syahid.
Sebaliknya berjuang untuk menegakkan ideologi selain Dinul Islam apabila menang di dunia ia akan hidup dalam warna kebathilan, kemaksiatan dan penuh fitnah karena Syariat Allah dihalangi sama sekali untuk diamalkan sedang yang berlaku undang-undang jahiliah yang memberi kelonggaran kepada peranan hawa nafsu, maka kemenangan ini penuh dengan fitnah, ini pada hakekatnya merupakan adzab di dunia.
Adapun apabila kalah dan terbunuh ia akan terjerumus kedalam kematian yang hina tidak ada nilainya sedikitpun dihadapan Allah SWT bahkan akan ditimpa azab pedih di akherat nanti.
Allah SWT menerangkan hal ini dalam firman-Nya:
“Katakanlah tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami kecuali kecuali salah satu dari dua kebaikan. Dan kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab yang besar dari sisinya, atau azab dengan tangan kami. Sebab itu tunggulah sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu”. (At Taubah : 52)
Keterangan:
Ayat tersebut diatas menerangkan bahwa orang yang terjun dalam perjuangan menegakkan Dinul Islam apabila ikhlas dan benar pasti akan mendapat salah satu dari dua kebaikan, yakni menang di dunia atau mati syahid. Sedang mereka yang berjuang menegakkan selain Dinul Islam akan ditimpa azab baik langsung dari Allah atau melalui tangan umat Islam (dikalahkan).
3. Metode Mendakwahkan dan Menegakkan Dinul Islam menurut Tuntunan Al Quran dan Sunnah
Mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam wajib diamalkan mengikuti tuntunan Al Quran dan Sunnah tidak boleh mengikuti fikiran semata-mata. Dalam sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi SAW, banyak mengandung contoh tauladan bagaimana cara mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam. Tauladan ini merupakan Sunnah Nabi SAW yang harus diamalkan dalam rangka mendakwahkan dan menegakkan Dinul Islam, sebab pada diri Baginda Nabi SAW terdapat tauladan yang baik dan sempurna dalam semua aspek pengamalan Dinul Islam yang antara lain tauladan bagaimana cara mengamalkan Dinul Islam dan bagaimana cara mendakwahkan dan menegakkannya.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SW itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Al Ahzaab : 21)